Selasa, 15 Mei 2012

Tugas Sejarah Matematika ke-9

Semua tentang Matematika

Matematika berada dalam dimensi relatif terhadap ruang dan waktu. Karena di dunia hanya terdiri dari ruang dan waktu. Matematika dapat dipilah menjadi empat bagian dengan probabilitas masing-masing 25% yaitu ilmu, struktur, kreativitas, dan proses. Matematika yang dipelajari akan selalu berkembang sesuai proporsinya. Siswa TK dan SD  mempelajari matematika konkret. Konsep matematika konkret merupakan pandangan Aristoteles (384-322 SM). Sedangkan siswa SMP mempelajari model matematika konkret. Terakhir siswa SMA dan mahasiswa Perguruan Tinggi mempelajari matematika formal dan model matematika formal.
Suatu kajian matematika yang selalu dirindukan sebenarnya ada dalam pikiran dan di luar pikiran. Sehingga Matematika dibedakan menjadi idealisasi dan abstraksi. Konsep idealisasi disampaikan oleh Plato(427-349 SM). Menurutnya realitas itu ada dan tidak terikat pikiran manusia. Suatu sistem dikatakan benar jika suatu pernyataan menjelaskan keadaan sesungguhnya dari realitas yang terbebas dari pikiran. Sedangkan Pernyataan Plato yang terkenal adalah “ Sesuatu adalah saya sebagaimana hal itu terjadi pada saya, dan sesuatu itu adalah kamu sebagaimana hal itu terjadi pada kamu”.
Plato meyakini bahwa benda-benda di alam semesta terbagi ke dalam dua kelas, yaitu yang berbentuk materi dan non materi. Benda-benda seperti matahari, pohon, binatang berbentuk materi, sementara kebaikan, keburukan, jiwa seorang 5 manusia termasuk kaategori non materi. Suatu gambar empat persegi panjang termasuk kategori materi, tetapi persegi panjang itu sendiri termasuk ke dalam kategori non materi.
Ada banyak hal yang dapat ditempuh dalam menggali matematika melalui pikiran dan pengalaman seperti pernyataan dari Imanuel Kant. Imanuel Kant seorang filsuf dari Rusia mengungkapkan teori mengenai “The Nature of Knowledge”. Menurut Kant pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan pemikiran logika manusia. Melalui pengalaman manusia melihat dan merasakan langsung dengan empiri, intuisi, sensasi. Sedangkan dengan pemikiran logika, pengetahuan dapat diperoleh melalui persepsi, ide, pure, konsep, ilmu pengetahuan, pemutusan /judgement.
            Seperti halnya sungai yang mempunyai aliran,aliran dalam matematika antara lain formalisme, intuisionisme, dan logisisme. Salah satu tokoh penganut formalisme adalah David Hilbert (1642 –1943). David berpendapat bahwa matematika adalah tidak lebih atau tidak kurang sebagai bahasa matematika. Hal ini disederhanakan sebagai deretan permainan dengan rangkaian tanda –tanda lingistik, seperti huruf-huruf dalam alpabet Bahasa Inggris. Bilangan dua ditandai oleh beberapa tanda seperti 2, atau II. Formalis memandang matematika sebagai suatu permainan formal yang tak bermakna (meaningless) dengan tulisan pada kertas, seperti aturan (Ernest, 1991).
Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu
1.      Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal.
2.      Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak konsistenan.
Selanjutnya intuisionis seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa matematika suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita bohong adalah hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada. Kebenaran pernyataan p tidak diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar itu p atau bukan p (Anglin, 1994).
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksima-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusifpada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan pada padangan yang subyektif semata (Ernest, 1991). Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain; (1) intusionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4; (2) matematisi intusionisme adalah manusia yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari ketakhinggaan, mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa kini. Intusionisme, menjawab keberatan tersebut seperti berikut; (1) tidak ada yang dapat diperbuat untuk manusia untuk mencoba membayangkan suatu dunia tanpa manusia; (2) Lebih baik memiliki sejumlah kecil matematika yang kokoh dan ajeg daripada memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong (Anglin, 1994).
Yang terakhir, logisisme memandang bahwa matematika sebagai bagian dari logika. Penganutnya antara lain G. Leibniz, G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N. Whitehead dan R. Carnap(1931). Pengakuan Bertrand Russell menerima logisime karena paling jelas dan rumusannya sangat ekspilisit. Dua pernyataan penting yang dikemukakannya, yaitu (1) semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika; (2) semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika semata (Ernest, 1991). Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain:
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi.
2. Teorema Ketidaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup untuik menurunkan semua kebenaran matematika.
3. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.
            Setiap aliran dalam matematika mempunyai kekurangan dan kelebihan tergantung konteks yang digunakan. Matematika tidak cukup dipandang sebagai ilmu saja. Matematika mempunyai isi dan wadah berupa obyek dan metode. Karena pada kenyataannya matematika sebenarnya adalah diri ini.

Referensi :
http://mathematicsismyself.blogspot.com/ diakses pada Minggu, 13 Mei 2012 pukul 22:41 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar