Matematika
merupakan induk dari segala ilmu. Bisa diasumsikan sebagai raja untuk sebuah
kerajaan ilmu. Karena matematika menjadi dasar atau tumpuan pokok bagi ilmu
lain. Namun bukan berarti tidak ada hubungan yang sinergi dengan ilmu lain. Keagungan
matematika berdalil dalam teorema dan aksioma membuat istimewa. Tak terlepas
dari bagian dirinya inilah sejarah matematika. Sejarah matematika yang merekam
semua memori akan proses kejadian sampai terwujudnya suatu ide matematika. Perjalanan
yang menempuh permasalahan membuat sejarah metematika terus melaju dengan
kencang dengan segala upaya dan kekuatan demi pecahnya suatu permasalahan.
Matematika bukanlah ilmu yang selalu menganut rumus-rumus ajaib untuk pencapaian model matematika. Terlebih dalam kehidupan nyata inilah matematika ada dan berkembang. Perkembangan inilah yang menghiasi indahnya sejarah matematika. Alkisah komposisi sejarah matematika yaitu angka, ruang, simbol, dan inferensi.
Matematika bukanlah ilmu yang selalu menganut rumus-rumus ajaib untuk pencapaian model matematika. Terlebih dalam kehidupan nyata inilah matematika ada dan berkembang. Perkembangan inilah yang menghiasi indahnya sejarah matematika. Alkisah komposisi sejarah matematika yaitu angka, ruang, simbol, dan inferensi.
Tak kenal angka maka tak sayang. Begitulah ungkapan
yang pantas untuk angka. Karena konsep angka hampir selalu menjadi hal pertama
yang terlintas dalam pikiran ketika matematika disebutkan. Dari cara paling
sederhana yaitu dengan menggunakan jari seperti dilakukan anak sebelum sekolah,
diungkapkan pada teorema Fermat yang terakhir. Angka merupakan komponen
fundamental dalam dunia matematika.
Ruang dapat dikatakan pengorganisasian obyek
fisik dalam pikiran. Kesadaran itu muncul dari hubungan keruangan menjadi
bawaan yang harus memiliki pemahaman secara naluriah ruang dan waktu untuk
bergerak sengaja. Ketika orang mulai memiliki intellectualize pengetahuan yang intuitif, salah satu upaya pertama
untuk mengaturnya yaitu terlibat ilmu geometri dalam aritmatika. Satuan panjang,
luas, volume, berat, dan waktu dipilih, dan pengukuran jumlah ini terus
berkurang untuk menghitung secara imajinatif. Sejak masa Pythagoras bertumbukan
antara modus diskrit dan aritmatika dan konsep intuitif berkesinambungan geometri
telah menyebabkan teka-teki, dan solusi dari teka-teki telah mempengaruhi
perkembangan geometri dan analisis.
Simbol untuk angka yang ada ditulis dengan
abjad fonetik. Berbeda dengan kata-kata biasa. Misalnya, simbol 8 singkatan
dari ide yang sama kepada orang di Jepang, yang membacanya sebagai hachi, orang
di Italia yang membacanya sebagai otto, dan orang di Rusia,yang membacanya
sebagai vosem. Pengenalan simbol seperti + dan = yang merupakan bentuk operasi
umum dan hubungannya dengan matematika telah menyebabkan kejelasan bahwa
matematika telah memulai dari ketidakjelasan itu menjadi nonmathematical. Meskipun dalam menaungi aljabar menjadi sadar akan
penggunaan simbolisme, simbol yang digunakan di wahana lain seperti aljabar,
dianggap sebagai proses studi yang terbalik dengan orang-orang dari aritmatika,
yang pada awalnya belajar tanpa simbol. Pembuatan simbol telah menjadi
kebiasaan manusia selama ribuan tahun. Sebagai contoh awal yaitu lukisan
dinding di gua-gua di Perancis dan Spanyol, meskipun salah satu mungkin
cenderung dianggap sebagai gambar dan bukan simbol. Fonetik huruf, yang
membentuk simbolis, representasi visual dari suara, adalah contoh lain awal
pembuatan simbol. Sebuah spektrum yang sama menampilkan dirinya dalam banyak
cara dimana insan menyampaikan instruksi satu sama lain. Semua representasi
simbolis mengeksploitasi dasar kemampuan insan untuk membuat korespondensi dan
memahami analogi.
Klimaksnya, inferensi atau penalaran matematis
pada awalnya berupa numerik atau geometris, yang melibatkan baik dengan
menghitung atau "melihat" hubungan tertentu dalam geometri. Tapi
dengan ilmu Pythagoras, penalaran verbal datang untuk menyerap geometri dan
aritmatika, melengkapi visual dan numerik.
Adapun time
line sejarah matematika dapat tertuang sebagai berikut.
Bilangan dicerminkan dengan misalnya menghitung benda-benda yang berbeda tapi sama
dalam penampilan, seperti koin, meja, dan sapi adalah kegiatan universal insan sebagai
bahasa untuk mengekspresikan angka. Hal pertama yang terunik dan terukir dalam
benak yaitu menghitung menggunakan potongan lidi yang berukuran sama.
Bangun
geometri berhubungan erat dengan
pengukuran praktis. Mengingat contoh yang konkret, orang-orang Babilonia dari
tahun 2000 sampai 1600 SM tentu sudah mengenal aturan umum bagi luas segi empat
siku-siku, luas dari segitiga siku-siku dan segitiga sama kaki , luas trapezium
dengan salah satu kaki tegak lurus dengan sepasang sisi sejajar dan lebih umum
dengan volume prisma tegak dengan alas trapezium. Ciri utama dari geometri
Babilonia adalah bercorak aljabaris. Persoalan-persoalan yang lebih pelik yang
tersimpul dalam peristilahan geometri pada dasarnya merupakan soal-soal aljabar
yang bukan sederhana (nontrivial). Dalam sejarah matematika diriku, bangun geometri yang dikenal sejak SD sampai sekarang menginjak
bangku perkuliahan adalah sebuah bidang datar yang diperkenalkan dengan alat
peraga seperti lingkaran, persegi, persegi panjang, trapezium, jajargenjang,
segitiga dan sebagainya. Bangun datar ini mempunyai luas dan keliling, sehingga
nantinya dapat dihitung berapa luas dan kelilingnya. Ternyata bangun geometri dapat
dibagi menjadi dua yaitu geometri Euclid dan geometri non Euclid.
Phytagoras menjadi salah satu inspirasi sekaligus
penyemangat untuk mengarungi lautan matematika. Konon dahulu nama itu sering
digunakan sebagai nama panggilan diriku. Salah
satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorama Phytagoras, dia menyatakan
bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah
kuadrat dari kaki-kakinya. Ternyata
setelah diamati rumus atau teorema yang ditemukan oleh Phytagoras adalah benar,
hal ini dapat dimanfaatkan oleh banyak insan terutama para tukang bangunan
dalam membuat atap rumah.
Geometri
Euclides ditemukan oleh Euclides. Alat-alat
Euclid misalnya mistar dan jangka. Dengan mistar atau penggaris kita dapat
melukis garis lurus yang panjangnya tak terbatas melalui dua titik yang
berlainan. Dengan jangka kita dapat melukis sebuah lingkaran dengan pusat dan
jari-jari tertentu.
Sedangkan geometri non Euclid sungguh sangat sulit
ditafsirkan. Setelah mengerti dan mempelajari benar tentang geometri, ternyata
Geometri Non Euclid adalah hipotesis-hipotesis dari tokoh lain selain Euclid
yang semakin memperbaharui dan melengkapi postulat-postulat tentang geometri
tersebut.
Alangkah kurang puasnya jika dipaparkan semua time
line sejarah matematika yang ada. Masih banyak yang lainnya yang mungkin bila
disebutkan satu persatu akan membuat sebuah novel yang menarik. Semasa hidup di
dunia banyak sekali bagian dari time line yang telah dipelajari. Dan ditakutkan
memunculkan ketidakpuasan akan untaian kata yang hanya setengah-setengah.
Time
line merupakan
salah satu metode sejarah matematika. Sedangkan yang lainnya kualitas yang
didukung dengan kuantitas, intensivitas dan ekstensivitas, abstraksi dan
idealisasi, pembelajaran sosial, sejarah, pendiskripsian, hakekat, manfaat,
etika, dan estetika. Semua itu menjadi jembatan yang kokoh dalam proses sejarah
matematika.
Suatu hal yang berkaitan dalam diri insan yaitu
etika dan berhubungan erat dengan manfaat serta estetika terangkum sebuah kata
aksiologi. Aksiologi merupakan
salah satu metode yang penting dalam sejarah matematika. Etika sejarah
matematika dapat diartikan sebagai tindakan manusia yang menggunakan kebaikan,
kebenaran, suara hati untuk mencari kebenaran matematika melalui sejarah
matematika secara bertanggungjawab. Tetapi tidakkah harus berpusing ketika
mencari sebuah kebenaran dengan mengambil salah satu sisi positif dari estetika
sejarah matematika. Estetika sejarah matematika merupakan keindahan berada
dalam sejarah matematika yang dapat dinikmati secara kontinu. Keindahan inilah
yang menbuat diri ini tak bosan-bosannya untuk menggali dan terus menggali ilmu
matematika. Dan juga implementasi untuk keseharian tidak henti-hentinya.
Tersirat untuk mengatakan pada intinya sejarah matematika
bagian dari hidup diriku yaitu rekaman alur kehidupan dan ilmu matematika yang diperoleh
serta dimengerti merupakan matematika diriku sendiri. Karena matematikaku
merupakan pikiranku, matematika hanya ada dalam penglihatanku yang sebenarnya merupakan
diriku sendiri. Inilah akhir dari segala proses pencapaian tujuan bahwa
matematika adalah diriku.
Referensi Pendukung :
http://blog.student.uny.ac.id/lucia/files/2011/06/tugas-akhir-sejarah-mat2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar