Senin, 05 Maret 2012

Proses Menuju Matematika Adalah Diriku

            Matematika merupakan induk dari segala ilmu. Bisa diasumsikan sebagai raja untuk sebuah kerajaan ilmu. Karena matematika menjadi dasar atau tumpuan pokok bagi ilmu lain. Namun bukan berarti tidak ada hubungan yang sinergi dengan ilmu lain. Keagungan matematika berdalil dalam teorema dan aksioma membuat istimewa. Tak terlepas dari bagian dirinya inilah sejarah matematika. Sejarah matematika yang merekam semua memori akan proses kejadian sampai terwujudnya suatu ide matematika. Perjalanan yang menempuh permasalahan membuat sejarah metematika terus melaju dengan kencang dengan segala upaya dan kekuatan demi pecahnya suatu permasalahan.
      Matematika bukanlah ilmu yang selalu menganut rumus-rumus ajaib untuk pencapaian model matematika. Terlebih dalam kehidupan nyata inilah matematika ada dan berkembang. Perkembangan inilah yang menghiasi indahnya sejarah matematika. Alkisah komposisi sejarah matematika yaitu angka, ruang, simbol, dan inferensi.
Tak kenal angka maka tak sayang. Begitulah ungkapan yang pantas untuk angka. Karena konsep angka hampir selalu menjadi hal pertama yang terlintas dalam pikiran ketika matematika disebutkan. Dari cara paling sederhana yaitu dengan menggunakan jari seperti dilakukan anak sebelum sekolah, diungkapkan pada teorema Fermat yang terakhir. Angka merupakan komponen fundamental dalam dunia matematika.
Ruang dapat dikatakan pengorganisasian obyek fisik dalam pikiran. Kesadaran itu muncul dari hubungan keruangan menjadi bawaan yang harus memiliki pemahaman secara naluriah ruang dan waktu untuk bergerak sengaja. Ketika orang mulai memiliki intellectualize pengetahuan yang intuitif, salah satu upaya pertama untuk mengaturnya yaitu terlibat ilmu geometri dalam aritmatika. Satuan panjang, luas, volume, berat, dan waktu dipilih, dan pengukuran jumlah ini terus berkurang untuk menghitung secara imajinatif. Sejak masa Pythagoras bertumbukan antara modus diskrit dan aritmatika dan konsep intuitif berkesinambungan geometri telah menyebabkan teka-teki, dan solusi dari teka-teki telah mempengaruhi perkembangan geometri dan analisis.
Simbol untuk angka yang ada ditulis dengan abjad fonetik. Berbeda dengan kata-kata biasa. Misalnya, simbol 8 singkatan dari ide yang sama kepada orang di Jepang, yang membacanya sebagai hachi, orang di Italia yang membacanya sebagai otto, dan orang di Rusia,yang membacanya sebagai vosem. Pengenalan simbol seperti + dan = yang merupakan bentuk operasi umum dan hubungannya dengan matematika telah menyebabkan kejelasan bahwa matematika telah memulai dari ketidakjelasan itu menjadi nonmathematical. Meskipun dalam menaungi aljabar menjadi sadar akan penggunaan simbolisme, simbol yang digunakan di wahana lain seperti aljabar, dianggap sebagai proses studi yang terbalik dengan orang-orang dari aritmatika, yang pada awalnya belajar tanpa simbol. Pembuatan simbol telah menjadi kebiasaan manusia selama ribuan tahun. Sebagai contoh awal yaitu lukisan dinding di gua-gua di Perancis dan Spanyol, meskipun salah satu mungkin cenderung dianggap sebagai gambar dan bukan simbol. Fonetik huruf, yang membentuk simbolis, representasi visual dari suara, adalah contoh lain awal pembuatan simbol. Sebuah spektrum yang sama menampilkan dirinya dalam banyak cara dimana insan menyampaikan instruksi satu sama lain. Semua representasi simbolis mengeksploitasi dasar kemampuan insan untuk membuat korespondensi dan memahami analogi.
Klimaksnya, inferensi atau penalaran matematis pada awalnya berupa numerik atau geometris, yang melibatkan baik dengan menghitung atau "melihat" hubungan tertentu dalam geometri. Tapi dengan ilmu Pythagoras, penalaran verbal datang untuk menyerap geometri dan aritmatika, melengkapi visual dan numerik.
Adapun time line sejarah matematika dapat tertuang sebagai berikut.
Bilangan dicerminkan dengan misalnya menghitung benda-benda yang berbeda tapi sama dalam penampilan, seperti koin, meja, dan sapi adalah kegiatan universal insan sebagai bahasa untuk mengekspresikan angka. Hal pertama yang terunik dan terukir dalam benak yaitu menghitung menggunakan potongan lidi yang berukuran sama.
Bangun geometri  berhubungan erat dengan pengukuran praktis. Mengingat contoh yang konkret, orang-orang Babilonia dari tahun 2000 sampai 1600 SM tentu sudah mengenal aturan umum bagi luas segi empat siku-siku, luas dari segitiga siku-siku dan segitiga sama kaki , luas trapezium dengan salah satu kaki tegak lurus dengan sepasang sisi sejajar dan lebih umum dengan volume prisma tegak dengan alas trapezium. Ciri utama dari geometri Babilonia adalah bercorak aljabaris. Persoalan-persoalan yang lebih pelik yang tersimpul dalam peristilahan geometri pada dasarnya merupakan soal-soal aljabar yang bukan sederhana (nontrivial). Dalam sejarah matematika diriku, bangun geometri yang  dikenal sejak SD sampai sekarang menginjak bangku perkuliahan adalah sebuah bidang datar yang diperkenalkan dengan alat peraga seperti lingkaran, persegi, persegi panjang, trapezium, jajargenjang, segitiga dan sebagainya. Bangun datar ini mempunyai luas dan keliling, sehingga nantinya dapat dihitung berapa luas dan kelilingnya. Ternyata bangun geometri dapat dibagi menjadi dua yaitu geometri Euclid dan geometri non Euclid.
Phytagoras menjadi salah satu inspirasi sekaligus penyemangat untuk mengarungi lautan matematika. Konon dahulu nama itu sering digunakan sebagai nama panggilan diriku. Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorama Phytagoras, dia menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya. Ternyata setelah diamati rumus atau teorema yang ditemukan oleh Phytagoras adalah benar, hal ini dapat dimanfaatkan oleh banyak insan terutama para tukang bangunan dalam membuat atap rumah.
Geometri Euclides ditemukan oleh Euclides. Alat-alat Euclid misalnya mistar dan jangka. Dengan mistar atau penggaris kita dapat melukis garis lurus yang panjangnya tak terbatas melalui dua titik yang berlainan. Dengan jangka kita dapat melukis sebuah lingkaran dengan pusat dan jari-jari tertentu.
Sedangkan geometri non Euclid sungguh sangat sulit ditafsirkan. Setelah mengerti dan mempelajari benar tentang geometri, ternyata Geometri Non Euclid adalah hipotesis-hipotesis dari tokoh lain selain Euclid yang semakin memperbaharui dan melengkapi postulat-postulat tentang geometri tersebut.
Alangkah kurang puasnya jika dipaparkan semua time line sejarah matematika yang ada.  Masih banyak yang lainnya yang mungkin bila disebutkan satu persatu akan membuat sebuah novel yang menarik. Semasa hidup di dunia banyak sekali bagian dari time line yang telah dipelajari. Dan ditakutkan memunculkan ketidakpuasan akan untaian kata yang hanya setengah-setengah.
Time line merupakan salah satu metode sejarah matematika. Sedangkan yang lainnya kualitas yang didukung dengan kuantitas, intensivitas dan ekstensivitas, abstraksi dan idealisasi, pembelajaran sosial, sejarah, pendiskripsian, hakekat, manfaat, etika, dan estetika. Semua itu menjadi jembatan yang kokoh dalam proses sejarah matematika.
Suatu hal yang berkaitan dalam diri insan yaitu etika dan berhubungan erat dengan manfaat serta estetika terangkum sebuah kata aksiologi. Aksiologi merupakan salah satu metode yang penting dalam sejarah matematika. Etika sejarah matematika dapat diartikan sebagai tindakan manusia yang menggunakan kebaikan, kebenaran, suara hati untuk mencari kebenaran matematika melalui sejarah matematika secara bertanggungjawab. Tetapi tidakkah harus berpusing ketika mencari sebuah kebenaran dengan mengambil salah satu sisi positif dari estetika sejarah matematika. Estetika sejarah matematika merupakan keindahan berada dalam sejarah matematika yang dapat dinikmati secara kontinu. Keindahan inilah yang menbuat diri ini tak bosan-bosannya untuk menggali dan terus menggali ilmu matematika. Dan juga implementasi untuk keseharian tidak henti-hentinya.
Tersirat untuk mengatakan pada intinya sejarah matematika bagian dari hidup diriku yaitu rekaman alur kehidupan dan ilmu matematika yang diperoleh serta dimengerti merupakan matematika diriku sendiri. Karena matematikaku merupakan pikiranku, matematika hanya ada dalam penglihatanku yang sebenarnya merupakan diriku sendiri. Inilah akhir dari segala proses pencapaian tujuan bahwa matematika adalah diriku.

Referensi Pendukung :
http://blog.student.uny.ac.id/lucia/files/2011/06/tugas-akhir-sejarah-mat2.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar